Jumat, 16 Juni 2017

Mari Membumikan Nilai Luhur Pancasila Dalam Bermedia Sosial

Beberapa waktu lalu, masyarakat Indonesia baru saja merayakan Hari Lahir Pancasila yang jatuh pada 1 Juni kemarin. Hari lahir Pancasila sendiri baru setahun belakangan menjadi hari libur nasional sejak diumumkan oleh Presiden Jowo Widodo pada tahun 2016 lalu. Keputusan Presiden Joko Widodo tersebut tentunya menegaskan pada kita betapa pentingnya nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan bernegara, hingga beliau memutuskan Hari Lahir Pancasila sebagai hari libur nasional. Tak hanya itu, peran Pancasila tak bisa kita anggap sepele.

Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa kita bahkan boleh diyakini sebagai satu-satunya solusi atas permasalahan yang marak terjadi di tengah masyarakat. Munculnya konflik horizontal dan isu intoleransi yang bahkan bisa memicu perpecahan, akhirnya membuat orang untuk melirik kembali Pancasila sebagai sebuah jalan keluar.

Soekarno, tokoh yang diyakini sebagai founding father bangsa ini yang juga merupakan salah tokoh yang merumuskan Pancasila amat yakin bahwa kita dapat bersatu, sekalipun masing-masing dari kita memiliki latar belakang suku, agama dan ras berbeda. Lewat Pancasila, perbedaan tersebut tak lagi berarti jika  kita menanamkan sikap toleransi dalam diri masing-masing. Sayangnya, ujaran dan perilaku masyarkat yang muncul, sudah tidak lagi mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. 

Lunturnya sikap Pancasilais kita semakin terasa jika menjelang perhelatan pesta demokrasi atau bahkan jika menyangkut isu keyakinan umat beragama. Semua orang saling berlomba-lomba menggalakkan bahwa sabda merekalah yang paling benar dengan membabi buta tanpa sungkan menyerang orang yang berbeda pandangan dengannya.

Perang pendapat tersebut pun terlihat jelas di sejumlah media sosial, seperti twitter, instagram, facebook dan lainnya. Padahal hadirnya media sosial ini seharusnya memberikan dampak yang baik bagi kita. Bukan malah digunakan untuk saling menghujat, menebar benci dan aib serta saling mengadu domba. Media sosial saat ini amatlah memiliki peranan penting dalam interaksi sosial kita sebagai manusia. Namun patut diketahui kita harus bijak dalam menggunakannya. Dengan hadirnya Pancasila bisa kita maknai sebagai landasan etika dalam bermedia sosial. Masyarakat yang tak bijak menggunakan media sosial beranggapan bahwa apa yang mereka tulis di media sosial merupakan bagian dari kebebasan berekspresi. Padahal tanpa mereka sadari, ‘kebebasan berekspresi’ tersebut justru kebablasan. Kebebasan berekspresi seperti itu, merupakan kebebasan berekspresi yang sangat liar, bahkan bisa memicu pertikaian. Kenapa itu, terjadi. Karena mereka dalam menyampaikan kebebasan berekspresi yang mereka maksud tidak memiliki filter atau saringan. Baik filter dari ajaran agama masing-masing maupun filter berdasarkan nilai luhur Pancasila.

Olehnya, dengan menjadikan Pancasila sebagai filter dalam berucap dan bertindak, siapapun akan dapat menahan diri atau memilah-milah ujaran yang bertentangan dengan ajaran Pancasila demi terciptanya ketenangan, ketenteraman dalam bermasyarakat dan berbangsa. Bagaimana pun sudah jelas, ujaran kebencian, menebarkan permusuhan, SARA sangat bertentangan dengan sila kedua, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab dan sila ketiga yaitu persatuan Indonesia, karena akibat  ucapan atau ujaran-ujaran seperti itu dapat memecah belah, merontokan persatuan kesatuan bangsa yang sekarang ini  tengah melanda bangsa ini.
Sebagai pengguna media sosial atau netizen yang baik, banyak hal yang bisa kita lakukan dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila di media sosial. Seperti tidak bertindak membabi buta dalam membela tokoh idola, mencari tahu lebih dahulu kebenaran informasi sebuah berita untuk menghindari kesalahpahaman dan berita palsu (hoax) tersebar luas, atau yang paling sederhana yang bisa kita mulai dari diri sendiri adalah menanamkan sikap cinta damai dalam bermedia sosial dengan mengikuti #temublogger yang diadakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI dengan mengangkat tema “Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila Dalam Bermedia Sosial”.

Hal sederhana tapi mempunyai dampak yang luar biasa tersebut di atas, seharusnya dapat diterapkan dan dipertahankan dalam kehidupan sehari-hari. Kedepannya, jangan ada lagi pertikaian yang mengatasnamakan perbedaan di media sosial. Jangan ada lagi perdebatan yang menyangsikan Pancasila. Mari kita bergandengan tangan, mengisi kemerdekaan ini dengan suka cita, dan tetap membumikan nilai-nilai Pancasila dalam keseharian, khusus dalam bermedia sosial.


0 komentar:

Posting Komentar