Kamis, 06 November 2014

Rumah hatiku; kamu.

Aku menyebutmu sebuah rumah, bukan sebuah persinggahan. Kamu menyamankan segalaku. Kamu adalah sebaik-baiknya alasan dibalik kepulanganku. Melihatmu ada disana saja sudah sangat meringankan bebanku. Melewati malam-malam sulit, lalu menghabiskan berjam-jam dalam diam, pun percakapan kecil yang sederhana namun membuat nyaman dan tidak menyesakkan.
Terlalu tinggikah jika bahagia yang paling sederhana buatku itu kamu? Terlalu egoiskah jika aku hanya ingin kamu, bukan yang lain?
Sebab dalam dekapmu, kesedihan yang membuncah seakan lelap tertidur. Rasa nyaman yang sulit aku ungkapkan dengan dengan tenang telah me-ninabobo-kan gundahku. Perlakuanmu yang magis mengubah tangis menjadi tawa yang paling manis. Kamu adalah satu-satunya orang yang mampu membuat saya jatuh hati berkali-kali dan patah hati lebih dari berkali-kali.
Aku terlalu bahagia, sampai melupakan satu hal, mempertanyakan satu hal yang paling fatal membuat segala luka menjadi kekal.
Termasuk apakah aku untukmu?
Rumah ataukah hanya tempat singgah?
Pun, tanpa harus mencari rumah hati yang lain. Bolehkah aku tetap menyebutmu rumah? Tempat sebaik-baiknya hati ini menetap. Tempat aku mengirim rindu meski jarak merentangkan segala asa ku.
Dan…tempat kemana hati yang lelah ingin selalu pulang. 

0 komentar:

Posting Komentar