Teruntukmu…
Maaf, sebab saya tak lagi berjuang untukmu, walaupun dalam diam
Ini bukan anganku, tuntutan hati yang sebenarnya ingin ku tepis
Terkadang hati dan pikiranku berkecamuk, hati yang selalu ingin tetap memperjuangkanmu dan logika yang selalu ingin melepasmu
Berjuang dengan teguh tanpa kau ketahui, sungguh ini hal bodoh
Cinta tak melulu soal ungkapan, sebab kini saya pun telah membuktikannya
Memilih bungkam atas rasa ku sendiri ternyata tak se-sederhana itu
Kenyataan kau lebih memilih untuk tidak menoleh atau bahkan hanya sekedar menanyakan sebuah rasa
Lihatlah, kau begitu sibuk memperjuangkan dia, dia yang sejatinya juga berjuang atas orang lain yang bukan dirimu
Dia menjadikanmu sebuah pilihan, pun hanya saat dia membutuhkanmu
Maaf, sebab saya tak lagi berjuang untukmu, walaupun dalam diam
Ini bukan anganku, tuntutan hati yang sebenarnya ingin ku tepis
Terkadang hati dan pikiranku berkecamuk, hati yang selalu ingin tetap memperjuangkanmu dan logika yang selalu ingin melepasmu
Berjuang dengan teguh tanpa kau ketahui, sungguh ini hal bodoh
Cinta tak melulu soal ungkapan, sebab kini saya pun telah membuktikannya
Memilih bungkam atas rasa ku sendiri ternyata tak se-sederhana itu
Kenyataan kau lebih memilih untuk tidak menoleh atau bahkan hanya sekedar menanyakan sebuah rasa
Lihatlah, kau begitu sibuk memperjuangkan dia, dia yang sejatinya juga berjuang atas orang lain yang bukan dirimu
Dia menjadikanmu sebuah pilihan, pun hanya saat dia membutuhkanmu
Tak inginkah kau menjadikan dirimu sebuah prioritas, walaupun bukan sebagai prioritasnya?
Sebut ini sebuah Ke-putus-asa-an yang lelah berjuang atas dirimu.
Suatu waktu, semoga kau mampu menemukan Rumah Hati yang sejatinya akan merasa beruntung menjadikanmu sebagai ‘Penghuni’.
Terima kasih telah mengajarkan perihal sabar dan ikhlas.
Suatu waktu, semoga kau mampu menemukan Rumah Hati yang sejatinya akan merasa beruntung menjadikanmu sebagai ‘Penghuni’.
Terima kasih telah mengajarkan perihal sabar dan ikhlas.






Bali


0 komentar:
Posting Komentar